Oleh : Hairul,S.Sos
Jurnalis Kabarbabel.com
“Memangnya Palang Merah Indonesia (PMI) ada hubungannya dengan aksi adaptasi iklim ya? demikian tanya seorang teman kepada penulis.
Tak ada yang salah. Dengan pertanyaan tersebut. Memang selama ini. Kebanyakan masyarakat. Termasuk penulis juga. Hanya familiar. PMI itu ya donor darah. Atau stok darah. Balik-balik lagi ya darah. Padahal dibalik itu. Tugas-tugas mulia lainnya. Juga diemban PMI. Tak percaya?
Coba sesekali buka jendela informasi PMI. Di www.pmi.or.id. Apa yang disajikan? selain stok darah. Donasi untuk masyarakat Gaza Palestina, juga ada. Bahkan terpampang jelas ‘bersama untuk kemanusiaan’.
Sebagai salah satu organisasi kemanusiaan di tanah air, ada banyak aktivitas kesukarelawanan yang telah dilakukan PMI. Mulai dari pelayanan musibah dan bencana. Edukasi pengurangan risiko bencana. Edukasi potensi bencana. Serta menyalurkan bantuan dari masyarakat ke tempat yang mengalami bencana. Sehingga, jika masyarakat masih banyak yang memahami PMI adalah tempat mendonorkan darah, itu merupakan PR besar PMI untuk memberikan edukasi kepalangmerahan kepada masyarakat.
Isu Strategis
Salah satu aktivitas kepalangmerahan PMI juga berkaitan erat dengan adaptasi iklim dan perubahannya. Berbicara perubahan iklim, PMI meluncurkan strategi adaptasi dan ketahanan iklim. Hal ini untuk meningkatkan perannya dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan membantu masyarakat rentan agar lebih memiliki ketahanan iklim.
Kita ketahui bersama, meningkatnya suhu global akibat perubahan iklim yang semakin ekstrem mengakibatkan intensitas bencana alam yang meningkat dan mengancam keamanan pangan. Selain itu juga menyebabkan migrasi paksa, konflik, ancaman kesehatan manusia, dan kerentanan masyarakat.
Ketua Umum PMI Jusuf Kalla mengakui dampak perubahan iklim telah menjadikan krisis kemanusiaan. Hal ini berdampak luas pada kehidupan masyarakat. Strategi ini akan menguatkan kerja PMI dalam membantu masyarakat agar lebih berketahanan iklim. Strategi ini difokuskan pada enam isu strategis perubahan iklim. Yaitu bencana alam dan iklim ekstrem; kesehatan, air, sanitasi, dan hygiene (WASH); pertanian dan pangan; pesisir dan kelautan; dan panas ekstrem perkotaan.
Apa yang dilakukan PMI? PMI akan menggerakkan sekitar 400 ribu relawannya yang terlatih di seluruh daerah di Indonesia untuk mengimplementasikan strategi ini. Para relawan akan membangun ketahanan iklim dengan menggunakan pendekatan berbasis masyarakat dengan memperhatikan kebutuhan, pengetahuan, dan pengalaman masyarakat rentan dalam menghadapi risiko dan dampak perubahan iklim.
Bekerjasama dengan berbagai pihak, pada tahap awal PMI menggerakkan para relawan untuk menanam 10 batang pohon per relawan. Selain itu, PMI akan menggiatkan promosi perubahan prilaku untuk mengembalikan kembali tradisi menanam pohon agar menjadi gaya hidup di masyarakat. Kerjasama dengan berbagai pihak ini juga diharapkan dapat mencapai tujuan agar PMI kelak menjadi green PMI.
Strategi ini juga akan dijalankan berkolaborasi dan bermitra dengan pemerintah, lembaga internasional, sektor swasta, serta masyarakat sipil agar dapat saling memanfaatkan beragam keahlian, sumber daya, dan jaringan yang ada untuk mencapai hasil yang lebih baik sekaligus menguatkan koordinasi antar pihak.
Babel Bergerak
PMI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan PMI Kabupaten/Kota bergerak, merespon strategi adaptasi dan ketahanan iklim. Sejumlah program maupun kolaborasi dengan mitra dilakukan. Seperti aksi penanaman mangrove dalam rangkaian memperingati Hari Mangrove Sedunia yang jatuh pada 26 Juli 2024. Kolaborasi HNSI dan PT Timah ini juga melibatkan PMI Bangka.
Sekretaris PMI Bangka Tego,S.Ag mengatakan penanaman mangrove sebagai upaya melestarikan ekosistem pantai dan mendukung upaya mitigasi perubahan iklim. Penanaman mangrove dilakukan di pesisir pantai yang rusak akibat aktivitas penambangan timah ilegal. Dengan harapan dapat memperkuat garis pantai dan mengurangi abrasi.
Mangrove memang memiliki peran penting dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Keberadaan mangrove yang sehat di kawasan pesisir dapat meningkatkan resiliensi masyarakat pesisir terhadap perubahan iklim dan meminimalisir dampak bencana alam, seperti tsunami, badai dan gelombang (fungsi adaptasi). Mangrove turut serta dalam mengendalikan perubahan iklim dengan berperan sebagai paru-paru dunia melalui penyerapan dan penyimpanan karbon biru (fungsi mitigasi). Selain berfungsi sebagai pelindung pantai dan ‘karbon biru’ (blue carbon), mangrove merupakan nursery ground dan habitat biota yang bernilai ekonomis seperti ikan, kepiting, dan udang (manfaat untuk livelihood).
Namun perubahan iklim dan perkembangan global telah memberikan dampak terhadap kelestarian mangrove. Sebagai negara dengan hutan mangrove terluas di dunia, upaya pelestarian mangrove di Indonesia menjadi fokus utama program perubahan iklim dunia.
Selain di level PMI Kabupaten, di level Forum Remaja Palang Merah Indonesia (FORPIS) juga melakukan hal yang sama. FORPIS PMI Kabupaten Belitung misalkan mengadakan penanaman pohon di Pulau Seliu sebagai wujud partisipasi FORPIS dalam menghadapi perubahan iklim saat ini.
Aksi tersebut memang terlihat kecil. Namun, tak ada aksi besar jika tidak dimulai dari aksi kecil. Aksi-aksi tersebut diharapkan dapat memantik aksi-aksi lainnya yang ada di masyarakat. Apalagi jika aksi tersebut terdokumentasikan dengan baik. Di upload di media sosial. Jutaan mata pun melihat. Sehingga, secara tidak langsung aksi tersebut sejalan dengan aksi Voices for Just Climate Action (VCA) atau Suara untuk Aksi Iklim yang Berkeadilan.
Jangan Anggap Sepele
Sistem Informasi Data Indeks Kerentanan (SIDIK) Perubahan Iklim yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia menyatakan jika secara umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak termasuk sebagai provinsi yang tidak rentan terhadap perubahan iklim. Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdapat satu desa yang masuk kategori sangat rentan, 4 desa dalam kategori rentan, dan 213 yang berada dalam kategori cukup rentan terhadap perubahan iklim.
Meskipun demikian bukan berarti kita masyarakat Bangka Belitung harus diam berpangku tangan menghadapi ancaman perubahan iklim yang semakin nyata kita rasakan. Sebaliknya masyarakat dan pemerintah harus bahu membahu melakukan upaya-upaya adaptasi terhadap perubahan iklim. Pemerintah melalui berbagai organisasi perangkat daerah tentu diharapkan dapat melaksanakan pembangunan yang sesuai dengan tujuan adaptasi Indonesia. Yaitu untuk mempertahankan ekonomi masyarakat yang kuat, untuk menjamin keamanan pangan, serta untuk melindungi mata pencaharian dan kesejahteraan rakyat dengan membangun ketahanan bagi masyarakat yang terkena dampak serta ketahanan sektor seperti ketahanan ekosistem, ekonomi dan system penghidupan (SIDIK, hal. 1)
Secara konkrit aksi adaptasi perubahan iklim yang perlu ditingkatan adalah meningkatkan indeks kemampuan adaptif itu sendiri, yaitu meningkatkan penyediaan air bersih, konservasi air tanah, pengelolaan limbah, pemberdayaan masyarakat pesisir serta meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan. Terkait dengan penyedia air bersih, dari catatan Bidang PB PMI Babel, sejak awal September hingga Oktober 2023, PMI se Bangka Belitung, baik provinsi maupun kabupaten/kota telah mendistribusikan 1.424.700 liter air bersih secara gratis kepada berbagai elemen masyarakat.
Distribusi ini disampaikan Ketua PMI Babel Abdul Fatah sebagai peran PMI dalam membantu pemerintah menangani krisis air bersih dampak dari kemarau panjang yang melanda Indonesia termasuk di Bangka Belitung. Sementara pada musim kemarau tahun ini, PMI Babel kata Abdul Fatah juga sudah membangun kerjasama dengan pihak penyedia air. Dalam memberikan bantuan kemanusiaan dan menangani bencana kekeringan, PMI harus membangun kolaborasi dan membangun jaringan dengan berbagai pihak.
Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan PMI mendapatkan berbagai akses, termasuk kebutuhan air bersih. Abdul Fatah mencontohkan jika PMI memiliki kerja sama dengan PDAM, maka mempermudah dalam penyaluran air bersih kepada masyarakat yang membutuhkan.
Memang untuk mencapai suatu keberhasilan, kerjasama dengan berbagai pihak sangatlah dibutuhkan. Termasuk bagaimana mengatasai dampak dalam perubahan iklim. Namun, sekuat apapun PMI, pemerintah maupun organisasi lainnya mengatasi perubahan iklim, jika tidak dimulai dari kita sendiri (masyarakat) hal tersebut hanyalah visi tanpa aksi. Banyak hal yang bisa kita mulai dengan peningkatkan kemampuan adaptif dari lingkungan yang paling kecil dan dimulai dari diri sendiri. Misalkan merubah kebiasaan mengelola sampah, melakukan upaya hemat energy, melakukan penghijauan disekitar rumah, meningkatkan akses terhadap kesehatan pribadi serta senantiasa siaga terhadap bencana. Selamat Hari Ulang Tahun PMI. Setetes darah sejuta jiwa untuk sesama. Sukses selalu. (**)