Oleh: Heru Sudrajat
Jurnalis
Bising meributkan kotak kosong dalam pemilihan kepala daerah Bangka 2024, akhir-akhir ini membuat gaduh berkepanjangan. Muncul spekulasi beraneka ragam narasi dari obrolan
di warung kopi, sampai omongan di lingkungan pegawai negeri.
Ada yang nyinyir paling mengerti dengan kondisi politik daerah ini dan ada yang mencoba ngeruh aik berkisah tentang kotak kosong. Celakanya tidak terkontrol dan bermuara pada ketidaksukaan, saling menjatuhkan.
Aneh?
Apanya yang aneh?
Masa membicarakan kok yang kosong dan sesuatu tidak ada hasilnya?
Enak ngobrol yang berisi saja?
Pasti ada hasilnya, tidak mengecewakan.
Nah, sudah melebar ceritanya kearah kampanye? Sebentar mas bro. Jangan salah menafsirkan dulu? Hal lumrah kalau diminta memilih kotak kosong dengan kotak berisi, pasti pilih yang berisi. Tentu tidak mungkin memilih kotak yang kosong. Masuk akal mas bro! Show pasti!
Tapi bukan itu persoalan yang dibahas, namun masalah kekompakan kinerja Tim Mulkan-Ramadian (MAPAN) menghadapi kotak kosong.
Lho apa masalahnya dengan tim? Meragukan ya?
Atau tidak terkoordinir dengan baik?
Atau sudah tidak seirama?
Atau mungkin keterpaksaan mendukung calon?
Waduh bahaya itu?
Sebentar jangan asal buat ocehan yang tidak karu-karuan, dan memunculkan hal baru. Mas bro harus paham bahwa Tim MAPAN itu koalisi partai-partai yang hebat. Ada PDI-Perjuangan, partai Demokrat, Gerindra, Golkar, NasDem, PKB, PPP, PKS, Perindo plus partai non parlemen PAN.
Iya.. Ya! Benar juga…kuat untuk memenangkan calon yang diusung? Namun harus diingat yang berkoalisi itu kan partainya dan bukan orangnya? Wah jadi bingung…gimana itu?
Lah, di partai itu kan kumpulan orang-orang politik, otomatis mereka bekerja keras berupaya untuk memenangkan calon yang diusung.
Paham? Mengerti bos! Tapi?
Tapi Apalagi?
Tetap tergantung indifidu personal orangnya. Mereka memang sudah sepakat dengan perjanjian sampai deklarasi. Bahkan kompak teriak memenangkan pasangan calon yang diusung.
Namun apakah 10 partai koalisi pendukung Mulkan dan Ramadian itu benar-benar solid dan tetap kompak bekerjasama. Hal itulah yang perlu dipertanyakan ke Tim MAPAN. Kitapun tidak tahu apakah partai pengusung utama partai banteng moncong putih, kader-kadernya tetap solid dan tidak ada yang sakit hati? Celakanya nanti partai pengusung utama ini, yang membuat blunder masalah. Mungkin dalamnya samudra bisa diukur dan tingginya gunung bisa diketahui, namun dalamnya hati orang susah untuk ditebak. Politik itu jahat mas bro? Teman bisa jadi lawan dan susah untuk menghilangkan rasa dendam.
Mencermati tidak ada pergerakan turun gunung dari partai utama pengusung calon bupati dan wakil bupati, dikhawatirkan partai koalisi lainnya ikut males-malesan. Kalau toh alasan yang muncul belum turun anggaran, itu sekedar pengalihan isu, untuk menutup ketidak seriusan memenangkan calon pasangan yang diusung. Bahkan lebih kacau lagi diinteren Tim MAPAN saling menunggu untuk bergerak? Saling mencari celah untuk nunggu perintah.
Jangan sampai juga, ada kelompok dari kandang banteng itu sendiri memainkan perannya untuk membalas sakit hati, karena tidak dicalonkan maju dalam pemilihan kepala daerah. Genderang sudah ditabuh, aba-aba bergerak sudah diteriakan! Kita tunggu saja kinerja Tim Mapan, Tim 9, Tim Pelapis, Tim Bayangan dan Tim Tanggok? Berhasil tidaknya tergantung, kekompakan, keseriusan, kesetiaan untuk memenangkan calon yang diusung. Menang itu tujuan utama? Kalah jadi masalah? Semoga tim dalam kondisi tetap baik-baik saja? Semoga. (***)