Oplus_131072

Ariska tidak pernah menyangka. Mimpinya untuk duduk di bangku kuliah bisa terwujud. Semua berkat beasiswa pendidikan sumber daya manusia perkebunan kelapa sawit dari Direktorat Jendral (Ditjen) Perkebunan Kementerian Pertanian RI dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Ariska memang memiliki ketertarikan mengenai kelapa sawit. Sejak kecil, perempuan berhijab ini berdampingan dengan kelapa sawit. Sang ayah, M.Alkap menjadi petani kelapa sawit sejak lama. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Keinginannya memperdalam seluk beluk mengenai kelapa sawit terbuka lebar. Setelah mengikuti rangkaian test, Ariska dinyatakan lulus dan diterima di D3 Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit Politeknik Citra Widya Edukasi, Bekasi.

Kelulusan Ariska membuat keluarganya menangis bahagia. Bagaimana tidak, mimpi mengenyam pendidikan di perguruan tinggi yang selama ini tak terpikirkan, kini berbuah menjadi kenyataan. Alumnus SMA Negeri 1 Pemali Bangka Belitung ini tidak sendiri. Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tahun 2023 terdapat 3 penerima beasiswa lainnya. Yakni Andela, mahasiswi Politeknik LPP Yogyakarta, Tiara Cahya Putri mahasiswi Institut Teknologi Sawit Indonesia (ITSI) dan Putri Angela Pebrianti mahasiswi Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY) Stiper.

Kepada penulis, mahasiswa semester dua ini menuturkan banyak manfaat yang diterima dari beasiswa tersebut. Mulai dari bisa bertemu dengan kawan dari Sabang sampai Merauke, hingga fasilitas yang sangat membantu. Mulai dari uang saku, uang buku, asrama hingga uang perjalanan pergi dan pulang dari daerah asal ke tempat kuliah. Semua fasilitas tersebut diperoleh secara gratis.

“Ingin mendalami sawit. Sekaligus mengedukasi ke orang-orang terdekat bagaimana mengurusi kelapa sawit. Alhamdulillah semua di dapatkan sekarang,” kata dia kepada penulis, Rabu (3/4/2024).
Lain Ariska, lain pula Andela. Tidak mempunyai informasi detail terkait program beasiswa tersebut, membuat warga Kecamatan Puding Besar, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini takut tertipu. Program beasiswa ini memang terdengar asing di telinganya. Tidak ada tetangga ataupun rekan lain yang pernah mendapatkan beasiswa serupa. Beruntung ia dipertemukan dengan Zul, penyuluh pertanian desa setempat. Dari sinilah, Dela-biasa disapa, mendapatkan bimbingan.

Perlu diketahui beasiswa ini dibuka khusus untuk lima jalur peserta terkait sawit: pekebun sawit, karyawan di kebun/pengolahan sawit, keluarga pekebun dan karyawan, pengurus koperasi dan lembaga terkait sawit, serta ASN terkait sawit. Adapun jenjang pendidikan yakni D1, D2, D3, D4 dan S1. Dela sendiri mendapat beasiswa jalur keluarga pekebun. Orangtuanya diketahui memang memiliki perkebunan kelapa sawit.

Full Fasilitas

Sama dengan Ariska, beasiswa BPDPKS di Politeknik LPP Yogyakarta yang diterima Dela full fasilitas. Termasuk uang saku sebesar Rp2.300.000 di bulan Maret ini. Fasilitas tersebut belum termasuk uang buku Rp3.000.000 per semester dan lainnya. Meski begitu, Dela menceritakan tak mudah mendapatkan itu semua. Sebelum dinyatakan lolos, sejumlah test harus ia lalui. Seperti administrasi, akademik, kepribadian hingga psikologi. Tak ketinggalan pengetahuan mengenai kelapa sawit juga ikut diuji. Mulai dari tanaman belum menghasilkan hingga tanaman menghasilkan.

Setelah dinyatakan lolos dan diterima, mahasiswa semester dua ini juga perlu belajar giat guna mempertahankan nilai. Aktif hadir dalam setiap mata kuliah juga menjadi point penting agar beasiswa BPDPKS tetap bergulir. Dela menyadari, BPDPKS sebagai badan yang dibentuk oleh pemerintah untuk menghimpun, mengadministrasikan, mengelola, menyimpan, dan menyalurkan dana seleksi beasiswa tidak sembarangan. Tentu, beasiswa dirancang untuk menghasilkan SDM unggul di bidang kelapa sawit.

Dela mengatakan, adanya beasiswa sangat membantu anak-anak petani ataupun buruh kelapa sawit khususnya yang ada di Kabupaten Bangka. Banyak anak petani yang tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang berikut. Dia berharap, usai lulus nanti dapat berkontribusi lebih mengenai kelapa sawit. Pasalnya, di perkuliahan ia di dibekali mengenai kelapa sawit baik dari hulu hingga hilir.

Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dinparpertan) Kabupaten Bangka Syarli Nopriansyah,STTP.,M.Hum mengakui dengan adanya basiswa sawit untuk perguruan tinggi ini anak-anak yang menerima beasiswa semua dibiayai. Mulai dari uang kuliah sampai selesai, uang saku, uang transportasi dan lainnya ditanggung.

Sehingga kata dia, beasiswa ini harus bisa dimanfaatkan anak anak petani sawit atau pekerja. Penerima beasiswa sawit di Kabupaten Bangka memang belum terlalu banyak. Total 19 orang. Rincian: tahun 2021 ada 4 orang, 2022 ada 11 orang dan 2023 ada 4 orang. Meski demikian diharapkan, lahir SDM unggul mengenai kelapa sawit kedepan. “Harapan kita lulusan program beasiswa ini kembali ke Bangka nanti, ke kampungnya untuk membangun kampung, melakukan diseminasi apa yang sudah diperoleh selama kuliah kepada masyarakat di sekitarnya,” tutupnya.

Diketahui, luas kebun sawit petani mandiri di Kabupaten Bangka tersebar di sejumlah wilayah kecamatan seluas kurang 21 ribu hektare. Sedangkan kebun luas sawit plasma seluas enam ribu hektare lebih. Jumlah ini ditargetkan setiap tahun meningkat tiga persen dari jumlah luas kebun kelapa sawit saat sekarang. Sektor perkebunan kelapa sawit menjadi salah sektor yang diunggulkan selain sektor yang lain karena mampu memberikan kontribusi pada peningkatan ekonomi masyarakat.(rul)

** Tulisan ini menjadi nominasi pemenang Lomba Karya Jurnalistik Sawit 2024 yang digelar elaeis.co

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *