TOBOALI, KABARBABEL.COM – Sekitar 22 orang di Kabupaten Bangka Selatan (Basel) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) terjangkit penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang terdata hingga akhir tahun 2022. Yang sebelumnya hanya 17 bertambah 5 di tahun ini sehingga menjadi 22 orang.

Hal ini dikatakan langsung oleh Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian (P2P) Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Basel Slamet Wahidin ketika dikonfirmasi pada Senin (26/12) pagi. Ia membenarkan saat ini, total masyarakat terkena HIV ada 22.

“Untuk perkembangan HIV di Basel kali ini sudah ada 22 orang yang terjangkit. Awalnya hanya 17, tahun ini bertambah lima menjadi 22. Jadi lima orang ini adalah penderita baru. Memang setiap tahun secara kumulatif ada tambahan pasien terjangkit HIV,” ujarnya seizin Kepala DKPPKB Basel Agus Pranawa.

Slamet mengungkapkan, dari 22 orang penderita tersebut 13 diantaranya ialah jenis kelamin laki-laki sisanya sembilan orang perempuan. Selain itu, tiga orang dari total penderita merupakan remaja dan anak-anak. Sementara khusus bagi penderita baru itu kebanyakan berasal dari Kota Toboali, Ibukota Basel.

“Kita temukan data penderita baru saat mereka berobat ke rumah sakit. Ketika dicek dan pemeriksaan mengarah ke positif HIV. Lima penderita baru ini ada yang masih anak-anak, juga dewasa. Kita tidak bisa sampaikan data secara detail karena dilindungi undang-undang dalam hal ini,” sambung Slamet.

Secara medis penyebaran kasus HIV ini disebabkan oleh sejumlah hal. Seperti hubungan intim, penggunaan jarum suntik dan penyimpangan seksual. Dan dalam dunia kesehatan, penderita HIV bisa diberikan obat untuk memperkuat imunitas tubuhnya secara rutin karena belum ada penderita sembuh total.

“Kalau pengobatan seumur hidup obat antiretroviral (ARV) ke penderita ODHA. Hasilnya ada yang sudah berobat rutin dan konsumsi ARV, viral load pada HIV nya terendah dan bisa menjalani hidup secara normal. Artinya dia tidak sakit dan sistem kekebalan tubuh, imunitas tidak turun dan drop,” ujar Slamet.

“HIV ini kan imunitas, ketika viral load nya tinggi, maka imunitas akan turun. Jadi kalau terkena penyakit, diare serta penyakit lain berbahaya seperti TB itu mereka lebih rentan tertular, apalagi kombinasi HIV dengan diabetes milletus. Ini yang kadang-kadang memberatkan si penderita,” sebutnya.

Oleh karena itu, ke depan pihaknya siap secara kontinyu melakukan konseling (penyuluhan) kepada para penderita guna mencegah penyebaran HIV. Lalu pemeriksaan bagi ibu hamil karena hal ini sangat diwajibkan untuk mengecek ada atau tidaknya risiko penyakit HIV antara ibu dengan anaknya.

“Kemudian kegiatan rutin yang siap kita lakukan di lapangan ialah pemeriksaan pada kawasan lokalisasi bagi para pekerja seks komersial atau PSK. Jadi nanti mereka kita periksa minimal satu tahun sekali, ketika positif menderita maka kita langsung bisa putus rantai penularannya ke yang lain,” jelasnya.(dev)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *