MO : Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bangka
Dewasa ini kerap terdengar di telinga suara-suara tentang efisiensi anggaran pemerintahan. Mulai dari Kementerian/Lembaga sampai kepada provinsi dan daerah. Banyak program kegiatan hingga anggaran perjalanan dinas di pangkas.
Untuk tidak terlalu jauh mencari sebab mengapa kebijakan ini dilakukan. Yang jelas seluruh entitas melaksanakannya sesuai dengan perintah melaui Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 2025 Tentang Efisien Belanja dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2025.
Namun dalam hal ini bukan untuk menelisik lebih jauh kebijakan efisiensi Anggaran Pemerintahan yang sedang berlangsung sekarang ini. Namun ada hal lain yang juga perlu disikapi dalam upaya efisiensi anggaran dalam satu bulan ke depan ini yaitu perjalanan ibadah puasa di bulan Ramadan tahun ini.
Kita sudah memasuki ruang waktu bulan yang sangat ditunggu-tunggu bagi orang-orang yang beriman seperti yang diperintahkan Allah dalam Alquran Surat Al Baqoroh 183 kepada umatnya yang beriman yang mewajibkan atas diri mereka untuk berpuasa sebagaimana juga diwajibkan bagi orang-orang sebelumnya, agar mereka bertaqwa.
Tentunya untuk melaksanakan ibadah puasa ini setiap orang dan keluarga telah mempersiapkan diri secara lahiriyah maupun bathiniyah atas segala sesuatunya termasuk anggaran yang harus dikeluarkan selama 1 bulan ke depan hingga diakhiri puncaknya Hari Raya Idhul Fitri sebagai hari puncak kemenangan atas pertempuran yang sangat besar bagi setiap orang yaitu pertempuran melawan hawa nafsu.
Berpuasa dalam bulan romadan merupakan Rukun Islam yang ketiga dan tentunya hal tersebut menjadi suatu kewajiban ketika seseorang sudah berikrar dengan pengucapan dua kalimah Syahadat dengan sesungguh hatinya.
Berpuasa adalah sebuah bentuk ibadah manusia yang hubungannya langsung kepada Allah (Ibadah Mahdhah) sebagai suatu ketaatan. Jika kita kaji lebih mendalam dari perspektif efisiensi sebagaimana Pemerintah sedang melakukannya sekarang ini, maka berpuasa dengan tidak mengait kaitkannya dengan efisiensi anggaran oleh Pemerintahan tersebut, maka berpuasa dalam Islam lebih dulu mengajarkan efisiensi melalui Rasul Muhammad SAW ketika saat berbuka puasa hanya cukup memakan dua sampai tiga butir kurma dan makan sahur secara sederhana menjelang waktu Insyak.
Selanjutnya bagaimana dengan pola dan kebiasaan yang selama ini kita lakukan sehingga telah menjadi kebiasaan dan tradisi yang justru menjadi efisiensi terhadap an ggaran rumah tangga untuk membiayai kebutuhan puasa pada bulan Suci Ramadan.
Kenyataan yang terjadi justru sebaliknya, banyak di antara kita melaksanakan ibadah puasa malah membutuhkan anggaran yang cukup besar. Hal tersebut disebabkan tidak selarasnya antara kebutuhan ibadah yang kita lakukan sebagaimana yang dicontohlan oleh Rasulullah SAW. Kita lebih mengedepankan keinginan nafsu ketimbang akal. Nafsu lebih bergejolak dalam menyikapi kebutuhan. Sementara jika kita mengedepankan akal sehat tentulah kebutuhan anggaran untuk menopang pelaksanaan ibadah puasa akan lebih efisien.
Betapa tidak, untuk membelanjakan uang terhadap kebutuhan berbuka puasa saja telah melebihi dari kebutuhan real karena tertutup oleh keinginan hawa nafsu belaka.
Dalam hitungan sederhana saja , kita berpuasa hanya 2 kali makan, yaitu saat berbuka dan sahur. Dalam durasi waktu antara berbuka dan sahur kita menahan diri untuk tidak makan dan minum. Tentunya hal ini lebih efisien dibandingkan dengan hari – hari biasa di luar bulan Romadhan. Dan secara hitungan matematis tentulah pengeluaran akan lebih hemat atau lebih sedikit.
Jika kita memandang ibadah puasa adalah suatu bentuk ketaatan kepada Allah Aza Wajallah, maka tentulah tidak untuk mengedepankan pengeluaran biaya yang In Efisiensi. Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh keajaiban. Ketika di siang hari terlebih waktu – waktu menjelang berbuka puasa, begitu besar dan bergejolak nafsu kita dalam memandang setiap jenis makanan. Di otak kita terfikir begitu nikmatnya makanan-makanan tersebut jika nantinya disantap ketika waktu berbuka tiba. Namun apa yang terjadi, dengan meminum beberapa teguk air dan beberapa butir kurma yang sekaligus merupakan Sunnah Rasulullah, maka nafsu yang tadinya bergejolak secara spontan pudar sudah.
Makanan (Takjil) yang tadinya dibeli begitu banyak sebagai perintah dari hawa nafsu maka menjadi tidak bernafsu lagi untuk menyantapnya. Akan kita hari ini berpuasa dengan segala kekhusukan dan keikhlasan tersebut dapat menjadikan pembelajaran akan efisiensi dan tidak menjadikan semua itu sia – sia belaka. Jika kita bisa mengambil hikmah dan pembelajaran tentunya puasa esok hari, kita sudah bisa mengatur pengeluaran anggaran berpuasa untuk menjadi lebih efisien. Wallahu A’lam.