Oleh ; Heru Sudrajat
Jurnalis Kabarbabel.com

Ada fenomena yang menarik. Saat mendengar berisiknya suara gorengan dari kandang Banteng. Bunyinya srang-sreng dan aromanya sungguh menggoda. Kita tidak tahu apa yang digoreng, tapi terdengar santer ada gesekan kuat sesama kader saling goreng menggoreng harapan dan perasaan. Maaf, kita ini bicara sebatas Kabupaten Bangka lho? jangan salah tafsir dulu.

Wait! Seru untuk disimak. Mungkin demo masak kali? Atau memperkenalkan produk baru dari perusahaan alat masak? Atau pamer alat masak kompor yang serba bisa? Karena kompor yang satu ini memang lain, kompor Gas merek Pol? Harap maklum paska pemilihan kepala daerah, saling kompor mengompori itu hal lumrah. Sehingga terjadi tabrakan sesama kader dalam membangun opini ke masyarakat, dan saling klaim bahwa dialah kader yang hebat. Lalu bertepuk dada, bahwa dialah kader yang pantas maju mendampingi calon bupati pada pemilihan kepala daerah. Wow!!!

Emangnya ada apa dengan calon pendamping calon bupati? Kan sudah ada pendampingnya? Gitu saja kok diributkan. Toh semua sudah ditentukan dari pusat, dan daerah ini cuma mengusulkan.
Hal-hal itulah yang memunculkan spekulasi sumbang dalam obrolan diwarung warung kopi.

Belum lagi munculnya persoalan yang lain sesama kader partai yang sungguh mengejutkan. Nah, ada apa lagi dengan para kadernya? Kalau hanya sekedar saling sikut, saling jegal itu lumrah dalam demokrasi senyatanya. Tapi kalau ada persoalan lain, tidak tahu.

Beberapa pekan lalu penulis sempat ngobrol santai tapi sedikit serius dengan sahabat, juga teman baik yaitu tokoh sentral partai. Disebut tokoh sentral, karena beliaulah satu-satunya tokoh yang mungkin belum tertandingi dalam kiprahnya berpartai baik di Bangka maupun Babel. Kita tidak tahu juga, kalau akhirnya beliau berhenti dari partai, jangan-jangan banyak kader lari mencari partai lain. Beliau orangnya santun dan setiap ketemu selalu menyalami, “Apa kabar bos?, ” sapanya.

Dalam obrolan dengan beliau, ada sesuatu yang tersendat untuk diucapkan dan juga dari gestur beliau menanggapi pertanyaan, terkesan ada keraguan, untuk menyebut bakal calon pendamping calon bupati. Terlihat jelas kelelahan memancar dalam wajahnya. Seperti ada tekanan kanan kiri serta banyaknya laporan yang membuatnya pusing.

Beliau pun merasa prihatin melihat kondisi kader-kadernya yang sedikit bergeser pola pikirnya terhadap perjuangan membesarkan partai. Bahkan ke pusingan menghadapi kader-kadernya yang tidak akur. Sesama kader perang dingin, saling menjatuhkan.

Masak begitu? Memangnya ada apa dengan para kader yang katanya hebat-hebat itu?Terus kenapa mereka jadi tidak akur? Biasa mas bro mencari sensasi, sembari mengais rezeki? Waduh! Itu kan hanya perasaan mas bro saja? Justru perasaan itulah yang menjadi bumbu dalam goreng menggoreng ditubuh partai, kriuk-kriuknya terasa.

Jadi beliau bicara apa? Susah untuk dijelaskan saat ini, karena beberapa kader ingin mendampingi calon bupati maju di pemilihan kepala daerah. Inilah kadang tidak bercermin pada diri sendiri. Lah gimana mau bercermin, kalau muka tidak bening. Oh gitu ya? Mungkin seperti peri bahasa, ya. ‘Buruk Muka Cermin Dibelah’? Jangan dibelah kurang tepat itu bro! Yang tepat itu, ‘Buruk Muka Cermin Dijual’, kan jadi duit. Atau mungkin ‘Buruk Cermin Muka Dijual’? He. He. He, Jangan emosi dulu, namanya juga bercanda.

Menyambung dari bisikan beliau bahwa calon pendamping maju dipemilihan kepala daerah itu sudah ada. Maka beliau pun mengupayakan untuk mendorong  kearah  pasangan itu. Cuma sekarang belum tepat untuk dipublikasikan. Kita tunggu saja gorengan yang mana paling pas rasanya, lezat dan nikmat. Namun juga, jangan sampai lama goreng menggoreng, akhirnya jadi gosong.

Sudahlah ngopi saja dulu, sembari mendengarkan lagu ‘Jangan Salah Menilai’. Kalau lagu lain ada tidak mas bro? Misalnya lagu ‘Jangan Ada Dusta Diantara Kita’? Itu masalahnya? Nanti penulis tanyakan ke petahana. Semoga ada lagu lain. Semoga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *