Sungguh tidak ada maksud apapun dengan tulisan ini. Sekedar menghibur diri menghadapi ribetnya menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang sepertinya penuh dengan praduga-praduga yang endingnya sudah tertebak. Pembaca boleh mengamini dan juga tidak mengamini.

Semua tergantung penilaian masing-masing dalam mencermati perkembangan tahapan proses menuju Pilkada. Yang penting jangan ngeruh air dulu, meski sebenarnya airnya sudah agak keruh. Kita harus menjaga kondusif serta kenyamanan, sehingga tidak buat repot penyelenggara dan pengawas.

Waduh siapa yang buat repot? Bukannya sebaliknya pihak penyelenggara dan pengawas yang sedikit bersitegang? Yang benar saja mas bro? Apanya yang tegang? Nah, tanya saja kepihak yang bersangkutan?

Lo kok diam? Lumrah dan wajar, karena masing-masing dalam bekerja, menjalankan fungsi pokoknya dalam mengawal pemilihan kepala daerah. Baguslah ada sedikit gesekan, membuat mereka sadar bahwa ada perbedaan di antara dua lembaga. Kalau ada sedikit gangguan itu, hanya masalah miskomunikasi saja dalam menjalankan tugas. Jangan sampai memanjangkan persoalan, takutnya terpeleset ditengah licinnya tangga kesuksesan mengawal Pilkada.

Atau mungkin anggarannya kurang? Kita maklumi yang namanya pesta itu butuh anggaran gede, apalagi pesta demokrasi. Yaitu pesta seluruh warga masyarakat bumi Sepintu Sedulang ini. Kalau berdasarkan data yang ada di Kesbangpol Bangka, anggaran untuk penyelenggara sebesar Rp.28.323.243.000. Anggaran sebesar itu sudah cair dan pencairan pertama sebesar  Rp. 11.329.297.200; serta pencairan kedua sebesar Rp.16.993.945.800;

Kemudian anggaran untuk pengawas sebesar Rp.9.284.308.000 dan cair dua kali. Cair termin pertama Rp.3.713.723.200.  Sedang pencairan ke dua Rp. 5.570.584.800;.

Wah, besar juga anggarannya ya? Terus untuk kegiatan apa ya? Itu urusan dapur mereka. Tapi….Sebentar bro, semestinya masyarakat boleh tahu kan? Boleh di era kini, semua harus transparan, jujur dan terbuka, mesti sedikit tertutup. Kita tunggu saja keterbukaan pengguna anggaran untuk dipublikasikan ke media.

Memangnya ada kerjasama dengan media? Sepertinya teman-teman media untuk Pilkada tahun ini harus gigit jari, karena tidak ada anggaran untuk media.

Waduh, kok gitu ya? Itu hak mereka bro? Tentunya teman-teman media juga memiliki hak untuk mempertanyakan penggunaan anggaran? Ya, kalau media yang diajak kerja sama itu, hanya beberapa media terus gimana? Itu juga hak mereka? Mungkin pihak penyelenggara beranggapan media lain itu tidak bermakna. Untuk itu bagi teman-teman media yang tidak dilirik pihak penyelenggara, seyogianya tidak usah bersedih.

Mari kita berjoged saja dengan irama Mars Koplo, sembari menelan Pil cap Kadal. Sungguh mengasyikan jika irama itu di koplo kan. Tidak saja lagu pop asyik dikoplokan, juga lagu barat asyik dikoplokan. Namun irama mars pun dikoplokan, juga asyik. Sungguh dijamin tidak memabukkan menelan pil cap kadal, meski rasanya menyakitkan perasaan, karena tidak kebagian. Semoga tidak demikian mas bro? Semoga kita juga tidak selalu dikadali dalam pesta demokrasi pilkadal. Salah mas bro pilkada? Siap komandan. (Heru Sudrajat)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *