TUKAKSADAI, KABARBABEL.COM – Guna mencegah terjadinya sesuatu hal yang tidak diinginkan, Pemerintah Kecamatan Tukaksadai bersama Desa dan masyarakat Sadai menurunkan atap genteng pada bagian gapura yang berada di desa itu pada Rabu (23/12).
Hal ini dituturkan langsung oleh Camat Tukaksadai Siswa Miharja pada Jumat (23/12) pagi saat dimintai konfirmasi wartawan. Siswa mengungkapkan atap gapura yang diturunkan sesuai intruksi dan arahan Bupati Basel Riza Hedavid agar tidak menelan korban jiwa.
“Dua hari yang lalu sudah kita turunkan sesuai arahan Bapak Bupati Basel Riza Herdavid. Kita turunkan satu mobil bak truk dan atap genteng yang memang sudah dalam kondisi rapuh tersebut telah kita turunkan dengan masyarakat Desa Sadai,” ujar Camat Siswa Miharja.
Tak hanya atap genteng saja, kontruksi kuda-kuda penopang atap tersebut ikut diturunkan dan menyisakan bangunan beton gapura saja. Sehingga baik atap genteng atau kayu kontruksi sudah tidak ada lagi untuk cegah reruntuhan penutup bangunan itu ke jalan raya.
“Jadi sudah kita bongkar semua karena saat ini cuaca terkadang ekstrem, kita khawatir atap yang kondisinya sudah tidak baik lagi itu menimpa masyarakat kita atau pengendara jalan yang lagi melintas di bawah gapura itu walaupun saat ini belum ada korban,” jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, Gapura pintu masuk menuju ke Kabupaten Bangka Selatan (Basel), Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) yang berada di Desa Sadai, Kecamatan Tukaksadai kondisinya kia memrihatinkan dimakan usia seperti terlihat pada Rabu (21/12).
Sementara, sampai saat ini belum ada tanda-tanda akan dilakukan perbaikan, peningkatan bahkan pembangunan baru. Padahal gapura ini sebaga ikon Desa Sadai untuk menyambut tamu di daerah itu yang baru tiba di pelabuhan. Karena tidak jauh dari lokasi gapura.
Memang, kondisi bangunan penopang masih terlihat kokoh. Namun demikian, secara keseluruhan warna putih dipadu lis kuning yang dulunya mencolok kian hari kian menghilang, dimakan lumut dan debu-debu jalanan. Kesangaran di pintu masuk itu semakin meredam.
Ditambah lagi, pada bagian atap warna merah hati itu semakin ironis karena kontruksi kuda-kudanya seperti sudah tidak kuat menopang genteng atasnya. Pantauan di lapangan, kontruksi atap bangunan gapura itu sudah tidak utuh lagi dan berguguran ke jalan raya.
Kondisi ironis seperti ini dikhawatirkan akan menimbulkan korban jiwa kepada pengendara dan masyarakat saat melintas di bawah ikon Sadai tersebut. Kontruksi atap sepertinya tak kuat lagi menahan. Cuaca ekstrem yang kerap melanda mengancam atap gapura.
Kades Sadai M Amin mengungkapkan, memang gapura tersebut sudah lama belum ada perbaikan. Pihak pemdes berharap pemerintah provinsi dan kabupaten dapat memperhatikan pintu masuk ikon tersebut dan segera dapat melakukan perbaikan di tahun 2023.(dev)