IMG 20220808 WA0060IMG 20220808 WA0060

SUNGAILIAT – Pelatihan Vokasi Tingkat Masyarakat dan Pengelola Persampahan dari Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) digelar SMK Muhammadiyah bersama selaku mitra KOTAKU, di Ballroom Hotel Manunggal, Senin (8/8/2022).

Miarka Risdawati, Kepala Balai Prasarana, Permukiman wilayah Bangka Belitung yang juga hadir di dalam kegiatan tersebut mengatakan, kegiatan akan dilaksanakan selama 4 hari kedepan, dengan diisi penyampaian materi serta praktek.

Bertindak sebagai mitra dari Program KOTAKU, para siswa SMK Muhammadiyah terpantau, mengikuti pelatihan itu, bersama peserta lainnya.

“Mereka itu leader, dan kenapa mereka bertindak sebagai leader?, karena penguatan SDM. Pesertanya ini, ada dari masyarakat, dari Pemda, dengan 70 persen masyarakat, 30 persen dari siswa,” jelasnya.

Ia menyampaikan, harapan dari terselenggaranya kegiatan atau pelatihan ini sendiri, para peserta kedepannya dapat mengelola persampahan di rumah mereka sendiri.

Disebutkannya, selama ini kegiatan pengelolaan sampah sendiri, dinilai sudah berjalan baik, akan tetapi belum terdapatnya manajemen pengelolaan sampah yang rapi.

“Rata-rata ibu-ibu ini, buang sampah di suatu tempat, sehingga rumah mereka clear (bersih). Tapi, itukan masih manajemen skala rumah, harapannya dengan pelatihan ini mereka berkembang ke skala kawasan,” katanya.

Diketahui, para ibu-ibu yang juga menjadi peserta pelatihan terkait, sebagian besar merupakan warga Rusunawa, Lingkungan Nelayan 2, Sungailiat.

Terdapat 2 sistem pengelolaan sampah, yakni pengelolaan sampah organik dan sampah an organik. Hal ini dibedakan, karena perbedaan jenis sampah yang memang selama ini menjadi limbah masyarakat, di daerah.

“Organik ini, seperti sayur-sayuran, bekas-bekas masak, bekas-bekas makanan. Nah, kalau an organik seperti botol, kardus, segala macam. Itu nanti, ada dari BLH Bangka, yang memberikan pelatihan,” papar Miarka.

Sementara itu, Koordinator KOTAKU Kabupaten Bangka, Aprial menuturkan, masyarakat di pemukiman yang menjadi sasaran pelatihan, dapat terbiasa mengelola persampahan ini.

“Tadi disampaikan oleh Bu Miarka, alasan dilibatkannya ibu-ibu di dalam pelatihan, diharapkan dapat mengelola sampah langsung dari sumbernya,” ucapnya.

Sumber itu, dikatakannya, berasal dari sampah rumah tangga yang diinginkan Aprial bisa dapat berkembang ke skala lebih besar, yakni skala kawasan di tempat tinggal para peserta pelatihan.

Pengelolaan sampah organik, menurutnya dapat dimaksimalkan untuk menjadi pupuk kompos yang dapat menghasilkan nilai ekonomis bagi ibu-ibu.

Selain itu, untuk sampah an organik nantinya, akan disalurkan ke bank sampah di kawasan terdekat. Masyarakat diharapkan dapat menabung sampah di bank sampah.

“Tentang bagaimana kita bisa mengajak masyarakat dapat menabung sampah dan bukan hanya menabung uang,” ungkapnya.

“Dari tabungan sampah ini, mungkin nilainya tidak seberapa, tapi kalau dicatat atau ditabung hingga setahun, ini tentunya dapat membantu perekonomian ibu-ibu tadi. Bahkan, saat lebaran, nanti mereka dapat pemasukan tambahan,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *