Bunga mawar tidak mempropagandakan harum semerbaknya, dengan sendirinya harum semerbaknya itu tersebar di sekelilingnya. (Bung Karno)
Oleh : Hairul – Jurnalis Kabarbabel.com
Deretan rumah panggung berdinding papan terhampar. Tak beraturan. Jalan yang menjadi akses pintu masuk, hingga beberapa blok kawasan permukiman juga hanya titian kayu. Seadanya. Terbentang dan memanjang di atas laut.
Pemandangan dengan kondisi ini hanya kita temui beberapa tahun terakhir. Kesan kumuh. Jorok. Juga semrawut. Langsung terlihat. Inilah Kampung Nelayan I, yang berada di Kelurahan Sungailiat, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka.
Kini, jika kita berkunjung kembali, pemandangan kontras akan terlihat jelas. Kawasan kumuh menjadi tertata rapi. Indah. Dipenuhi dengan warna-warni. Laksana pelangi. Kawasan ini kini lebih dikenal dengan nama “Kampong Natak”.
Adalah upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangka bersama Balai Prasarana Pemungkiman Wilayah Bangka Belitung didukung program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU), telah berhasil mengubah perkampungan ini.
Setiap pagi. Juga sore. Setiap hari. Hilir mudik penduduk cukup padat terlihat. Lalu lalang mereka yang mengangkat berbagai macam ukuran kotak beserta pernak-perniknya. Mulai dari bahan makanan, hingga hasil tangkapan laut.
Anak kecil juga tak mau kalah. Berseliweran kesana kemari. Bermain dengan riangnya. Sementara para kaum wanita khususnya ibu-ibu, ada yang asik bersantai di depan rumah sambil bercengkrama dengan anak serta tetangga. Benar-benar, perubahan itu terjadi.

Kampong Natak, pasca diresmikan April 2021 kini menjadi ruang terbuka yang Instagramable. Diera kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Bangka, Mulkan, SH, MH dan Syahbudin, S.Ip, M. Tr. Ip, kawasan ini kini telah dikelola dan ditata sedemikian rupa.
Penasaran? cobalah sesekali datang kesini. Sebelum masuk, gapura megah dengan tulisan “Kampong Natak” menyambut anda. Kesan rapi langsung terlihat. Di kiri jalan, terpasang pagar besi. Ini juga sebagai pembatas antara daratan dan lautan. Di laut inilah, kita bisa menikmati deretan perahu-perahu nelayan. Ditambatkan usai bekerja seharian.
Sementara disisi kanan, terpasang kursi-kursi yang biasa digunakan muda-mudi untuk bersantai ria. Uniknya, di Kampong Natak ini juga dibangun plaza pertunjukan yang menjorok ke laut dan ditunjang dengan ruang terbuka sebagai titik kumpul untuk setiap kegiatan. Adapun kegiatan yang diangkat adalah sedekah laut. Bangunan penunjang seperti joging track, sentra pengolahan ikan dan pengembangan UMKM juga didirikan. Lengkap disertai jaring-jaring untuk menjemur kerupuk. Khas para nelayan.
“Itu ruang baca. Tapi bukan hanya sekadar ruang baca. Biasa dimanfaatkan anak-anak juga untuk belajar mengaji,” kata Kepala Lingkungan Nelayan Abdullah Ahhadi sembari menunjuk bangunan berwarna abu-abu.
Bersama masyarakat, pihaknya merasakan dampak positif dari pembangunan ini. Selain akses jalan yang semakin baik, lokasi ini menjadi tempat wisata baru bagi masyarakat. “Sangat bersyukur dengan dibangunnya ini. Selain mempermudah akses warga untuk keluar masuk, kini menjadi tempat wisata baru bagi masyarakat. Lihat saja, orang-orang ramai berdatangan,” tuturnya.
Wujud Bangka Setara
Bukan hal mudah mengubah masyarakat Nelayan. Sesaat sebelum disepakati untuk dipercantik. Pro dan kontra masyarakat menyeruak. Hal ini, diakui orang nomor satu di Kabupaten Bangka Mulkan. “Pekerjaan rumah pertama usai dilantik adalah bagaimana mengatasi pembebasan lahan ini. Kalau pemkab tidak respon dan sinergi tidak bisa terjadi,” kata Mulkan.
Pria yang dikenal akrab dengan semua kalangan ini lantas melakukan pendekatan persuasif. “Berkat pendekatan itu syukur alhamdulillah semua menyepati. Memang mengubah kebiasaan lama agak susah. Tapi tentu ini untuk kebaikan bersama. Sekarang Kampong Natak menjadi icon tersendiri,” kata Mulkan.
Diakui Mulkan, seluas 22,77 hektare wilayah kekumuhan berkurang. Tapi, masih ada pekerjaan rumah lain yang harus dituntaskan. Yakni Kampung Nelayan II dan Kelurahan Mantung Kecamatan Belinyu. Kampung Nelayan II berdasar keputusan Bupati Bangka Nomor : 188.45/727/DINPERKPP/2019 tentang penetapan lokasi perumahan dan permukiman kumuh di Kabupaten Bangka diketahui memiliki luas 15,53 hektare. Sedangkan Kelurahan Mantung seluas 10,97 hektare.

Konsep pentahelix, akan kembali digunakan guna menuntaskan pekerjaan rumah ini. Bagi Mulkan, menjadi tanggung jawab bersama mulai dari pemerintah daerah, pelaku usaha, masyarakat, akademisi termasuk peran media massa, harus dilibatkan dalam konsep pembangunan daerah.
Kini, di Nelayan II data dari Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kabupaten Bangka, sudah dibangun jembatan dan 29 unit rumah bagi sejumlah masyarakat. Bantuan tersebut merupakan dana dari Word Bank melalui MHAP. Juga ada Dana Alokasi Khusus (DAK) yang digunakan untuk pembangunan rumah kurang layak huni sebanyak 87 unit. “Ini merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan visi misi Bangka Setara. Agar masyarakat kita semuanya sama, tidak ada yang keterbelakangan. Mau didaerah mana semuanya harus layak, baik itu jalan maupun pemukimannya,” sebut Mulkan.
Transformasi Nyata
Seperti metamorfosis kupu-kupu, membutuhkan sebuah proses. Mulai dari telur, larva, pupa dan dewasa. Semua bisa memakan waktu mulai dari satu bulan hingga satu tahun penuh. Begitu juga kepemimpinan Mulkan-Syahbudin. Memasuki tahun ketiga, pekerjaan rumah mewujudkan visi misi Bangka Setara, tentu masih banyak. Namun, upaya mewujudkan itu semua tak juga bisa dipandang sebelah mata.
Kampong Natak Nelayan I menjadi salah satu contoh transformasi nyata pembangunan dan wujud Bangka Setara yang dilakukan Mulkan-Syahbudin. Selebihnya, tak perlu lagi kita ulas. Bak kata Bung Karno, bunga mawar tidak mempropagandakan harum semerbaknya, dengan sendirinya harum semerbaknya itu tersebar di sekelilingnya. Bangka Setara, Nyaman Bersama.(**)