TOBOALI, KABARBABEL.COM – Setelah kemarin kita membahas Nurjannah, si pemenang lomba Musabaqah Tilawatil Quran dan Hadis (MTQH) ke XI tingkat Provinsi Bangka Belitung (Babel) dari cabang Karya Tulis Ilmiah Al Quran (KTIQ) 2022 kemarin, tidak lengkap jika juga tidak membahas Dedi Saputra.

Keduanya sama-sama berasal dari Desa Nyelanding, Kecamatan Airgegas dan satu lingkungan di Pondok Modern Daarul Istiqomah Desa Airgegas. Yang membedakan hanya Dedi kini masih duduk di kelas XI sedangkan Nurjannah alumni tahun 2021 dan kini menjalani masa pengabdian 1 tahun di sana.

Kalau kemarin kita membahas lengkap segudang prestasi yang dimiliki Nurjannah, kali ini giliran Dedi yang kita ulas. Dedi merupakan peraih juara dua olahraga lompat jauh dalam Pekan Olahraga dan Seni antar Pondok Pesantren (Pospenas) ke XI di Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah.

Ia berhasil mengharumkan nama Basel dan Babel di kancah nasional dalam acara yang berlangsung pada 23-27 November 2022 lalu usai lompatannya tercatat sejauh 5,62 m dan hanya kalah tipis 10 cm dari atlet asal Riau dengan panjang 5,72 m. Seharusnya Dedi bisa menjadi juara pertama pada acara itu.

Namun, lompatan sejauh 6,12 m dalam kompetisi itu didiskualifikasi panitia karena Dedi melewati batas depan dari garis pelanggaran saat melompat. Tapi hal ini tidak ia sesalkan karena catatan lompatannya mencatatkan namanya di dalam daftar peraih medali Pospenas ke XI 2022 cabor lompat jauh putra.

Ketika ditemui sejumlah awak media di Pondok Modern Daarul Istiqomah pada Sabtu (10/12) pagi, Dedi kemudian menceritakan perjuangannya sehingga dapat meraih medali perak di nasional dalam ajang bergengsi antar pondok pesantren se Indonesia itu. Awalnya, ia mengikuti seleksi di kabupaten dahulu.

“Kemudian menjadi juara pertama dan ikut di tingkat provinsi, di provinsi juara pertama lagi dan dikirim ke nasional. Kalau tidak salah tiga hari kemarin, 21 sampai 23 November 2022 acaranya di Kota Surakarta. Pada babak penyisihan diikuti 20 peserta dari pelbagai provinsi di Indonesia,” ujar Dedi Saputra.

“Saat babak penyisihan kemarin itu ada tiga lompatan dan saya lolos ke final bersama tujuh perwakilan provinsi lain. Kemudian tiga lompatan terakhir saya meraih 6,12 meter, karena saat lompat lewat garis didiskualifikasi panitia dan diminta ulang. Lompat lagi dapat 5,62 meter dan menjadi juara dua,” katanya.

Dedi mengungkapkan capaian itu bisa ia dapatkan tidak lepas dari peran para pelatih dan dukungan semua pihak di lingkungan pesantren. Setiap hari Dedi selalu berlatih dengan keras saat mengikuti kompetisi lompat jauh dari tingkat kabupaten. Bahkan tidak ada waktu libur dalam sepekan dia berlatih.

“Seminggu full latihan, dipandu pelatih agar lompatan bisa jauh. Paling setiap hari itu latihan tolak dan pembentukan otot. Apalagi kemarin setelah juara di kabupaten, latihan terus agar dapat juara di provinsi, juara lagi di provinsi porsi latihan ditambah lagi tetapi bagi saya itu menyenangkan,” sebutnya.

Memang benar kata petuah bijak, hasil tidak akan menghianati usaha. Apa yang dilakukan Dedi Saputra selama ini mencatatkan namanya dalam peraih medali lompat jauh Pospenas ke XI. Ia, orang tua, sekolah, kabupaten dan provinsi serta seluruh masyarakat sangat bangga atas pencapaian ini.

Ia kemudian menceritakan sedikit profil lengkapnya kepada awak media. Dedi lahir di Desa Nyelanding, Kecamatan Airgegas pada 26 September 2005 dari pasangan Rina dan Romli. Sebagai anak pertama, Dedi memiliki seorang adik bernama Syaufik Al Fasih yang kini duduk di bangku Taman Kanak-kanak.

Dedi menghabiskan masa kecil di Desa Nyelanding. Saat memasuki usia sekolah, orang tuanya memasukkan ia di SDN 10 Airgegas Desa Nyelanding. Jenjang pertama dan atas dilanjutkan ke Pondok Moderen Daarul Istiqomah. Kini Dedi masih duduk di bangku kelas XI. Untuk hobi selain olahraga, musik.

Dedi sangat menyukai alat musik gitar dan drum. Saat jam ekstrakurikuler musik, ia habiskan waktu bermain dua jenis alat musik itu di sekolah. Tidak hanya itu, Dedi juga mencintai dunia fotografer. Alasannya cukup sederhana karena dirinya gemar memotret gambar yang dimulai dari kamera HP.

Saat ditanya tentang apa cita-citanya, 2 hal yang dia sebutkan anak yang lahir dari seorang ayah berprofesi sebagai petani dan pekerja tambang serta ibu yang hanya mengurus rumah tangga. Pertama menjadi nahkoda kapal dan kedua ialah rekayasawan/teknisi atau yang beken dikenal sebagai insinyur.

Khususnya bidang ekonomi. Cita-cita ini terus Dedi kejar dari saat ini dengan semangat belajar serta meningkatkan kemampuan. Terus semangat Dedi Saputra, semoga cita-citamu dapat terwujud. Kami semua mendoakanmu dan semoga kamu dapat menjadi orang yang bermanfaat untuk semua orang, nusa dan bangsa.(dev)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *