PANGKALPINANG, KABARBABEL.COM – Transformasi digital pada sektor kesehatan menjadi hal mendesak yang harus diakselerasi di Kabupaten Bangka Selatan (Basel). Pasalnya, dengan digitalisasi pelayanan kesehatan diyakini mampu menekan risiko kesehatan akibat keterlambatan penanganan.
Direktur Ekonomi Digital Kementerian Komunikasi dan Informatika I Nyoman Adhiarna mengatakan, pihaknya memang mengambil inisiatif dalam akselerasi tranformasi digital di bidang industri kesehatan guna meningkatkan pelayanan kesehatan hingga ke daerah terpencil.
“Memasuki era digital, gebrakan teknologi kesehatan perlu perlu dilakukan dengan segera, saat ini perkembangan teknologi di bidang kesehatan berkembang dengan pesat, banyak negara memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan bagi masyarakat,” jelasnya, Kamis (14/10).
Salah satu yang didorong penggunaannya yakni Aplikasi Bidan Sehati, Dashboard, Consultation Center dan alat telemedicine yaitu TeleCTG yang dikembangkan oleh Sehati Group. Inovasi ini juga merupakan hasil karya oleh anak negeri yang sistem pengoperasiannya menggunakan sistem Internet of Think (IoT).
Upaya yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) salah ini juga merupakan upaya menciptakan ekosistem digital yang terintegrasi dan mencakup semua stakeholder dari tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan sampai dengan pemerintahan di tingkat daerah dan pusat. Permasalahan stunting, angka kematian ibu dan angka kematian bayi merupakan salah satu indikator dari kesejahteraan masyarakat di suatu negara.
Indonesia termasuk sebagai negara dengan penyumbang angka stunting, angka kematian ibu dan bayi tertinggi di Asia, sehingga ini menjadi perhatian khusus dari Presiden untuk dapat menuntaskan permasalahan tersebut dan menjadi perhatian oleh pemerintah sesuai dengan salah satu target dari SDGs tahun 2030.
Kabupaten Bangka Selatan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu kabupaten yang masuk dalam lokus AKI dan lokus Stunting tahun 2021, dimana trend angka kematian ibu dan bayi cenderung turun tetapi masih belum memenuhi target nasional. Begitu pula dengan stunting masih belum memenuhi target dimana sekitar 12,9% anak di wilayah ini menderita stunting.
Untuk itu melalui inovasi teknologi dan program digitalisasi berkelanjutan yang bersifat holistik dan katalistik, permasalahan dari tingginya AKI, AKB dan stunting ini dapat dikelola secara lebih efektif dan efisien dengan model yang inklusif untuk dapat memperbaiki kualitas data khususnya data kesehatan ibu dan anak.
Salah satu instrument yang sedang berkembang untuk memaksimalkan memantau perkembangan program kesehatan ibu dan memudahkan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) serta mendeteksi faktor resiko lebih awal dengan teknologi e-health . Dimana Ekosistem Sehati terdiri dari Aplikasi (Bidan Sehati), Dashboard, Consultation Center dan alat telemedicine yaitu TeleCTG.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kab Bangka Belitung Andri Nurtito rencana adopsi penerapan digitalisasi kesehatan memang sudah ia gagas sejak lama. Dan pada akhirnya, saat ini bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Sehati Group gagasan tersebut bisa terealisasi.
Ia menjelaskan, sistem kesehatan telemedicine untuk menekan angka stunting, kematian ibu dan bayi menjadi sangat penting ditengah meningkatkan kasus tersebut.
“Bagaimana sekarang ini dapat diketahui oleh ahlinya adanya kelainan atau gangguan pada seorang ibu yang sedang mengandung ini menjadi indikator dari negara yang besar yang bisa menghargai kesehatan utamanya ibu hamil dan bayi,” jelasnya.
Senada dengan Andri, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Selatan Supriyadi juga menilai penerapan TeleCTG beserta aplikasi Bidan Sehati sangat relevan diterapkan di daerahnya yang memang memiliki kontur geografis kepulauan. Sehingga, diagnosa risiko stunting, kematian ibu dan bayi bisa dilakukan sejak dini.
“Di Kabupaten Bangka Selatan itu adalah Kabupaten terluas di antara kota kabupaten di provinsi ini. Emang dibutuhkan digitalisasi terkait program kesehatan karena jauh kami membutuhkan telemedicine untuk memudahkan deteksi saat terjadi faktor risiko saat ibu hamil sampai mau melahirkan,” jelasnya.
Ia mengakui, daerahnya memang menjadi daerah dengan angka stunting AKI dan AKB yang cukup tinggi. Sehingga ini menjadi perhatian yang sangat penting apalagi saat ini masih berada pada masa Pandemi Covid-19.
“Ini jadi menjadi perhatian apalagi di masa pandemi ini dan upaya kami sudah luar biasa maksimal,” jelasnya.