Bunyi benturan dua bandul bola terus terdengar. Tek-tek-tek. Di perumahan. Pinggir jalan. Gang sempit. Hingga media sosial. Ragam umur. Profesi. Memainkannya. Anak-anak. Remaja. Sampai dewasa. Bahkan Presiden RI Joko Widodo. Juga ikut memainkan permainan ini.
Lato-lato namanya. Sejenis permainan tradisional menggunakan dua atau lebih bola dari plastik yang digantung dengan tali lalu digerakkan dengan jari tangan. Bola plastik tersebut kemudian diayun dan dibentur-benturkan. Sehingga menimbulkan bunyi tertentu. Semakin keras benturan bola plastik, semakin keras pula bunyi yang ditimbulkan.
Viralnya kembali mainan jadul lato-lato ini ternyata memberikan berbagai dampak atau efek domino. Mulai dari dampak terhadap perkembangan anak, kreativitas sampai ekonomi masyarakat. Lihat saja. Salah seorang pengusaha Sumatera Barat berhasil mengekspor mainan lato-lato ke Malaysia. Sebanyak 40 karung dengan total berat 785 kilogram, mainan itu dikirim melalui Bandara Internasional Minangkabau, Padang Pariaman, Sumbar. “Ada 40 karung dengan berat 785 kilogram mainan lato yang diekspor ke Malaysia dari BIM,” kata Kepala Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Teluk Bayur, Moh. Hery Syamsul Bahtiya, Senin (30/1/2023).
Ekspor ini menjadi suatu terobosan bahwa mainan yang dijual dengan harga merakyat, punya kesempatan yang sama untuk dipasarkan ke mancanegara. Mungkin secara global, ekspor lato-lato tidak akan terlalu banyak mempengaruhi neraca perdagangan tapi setidaknya sebagai penyegar ataupun penambah keuntungan. Sekalipun ekspor lato-lato ini diprediksi tak mampu bertahan lama. Tapi untuk sementara menjadi salah satu solusi untuk pemulihan ekonomi pasca pandemi.
Ekonomi musiman apalagi yang bersifat dadakan atau gegara tren memang tak dapat diandalkan sebagai pendapatan tetap atau utama. Namun, ekonomi musiman tetap bisa menjadi peluang dan pemacu daya ekonomi.
Lihat saja, tren ekonomi musiman sebelumnya. Ekonomi musiman yang tak berjadwal atau dadakan di Indonesia pernah beberapa kali melanda. Mulai dari batu akik, gelombang cinta, Janda Bolong sampai Ikan Louhan. Tapi, kini semua meredup. Sebuah barang, tanaman, dan hewan yang pernah ngetren lalu tenggelam cukup lama bisa saja muncul kembali sewaktu-waktu. Hal itu dipicu oleh momen tertentu, ”gorengan pasar” dan yang kerap terjadi di era serba teknologi ini adalah viral di atau melalui media sosial.
Hal ini lah yang diharapkan oleh Uda, pedagang lato-lato yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Uda yang sebelumnya berjualan makanan seperti sosis, nuget dan minuman pop ice ini berharap, tren lato-lato akan kembali muncul sewaktu-waktu. Uda menjelaskan, sejak viral ia langsung berjualan lato-lato. “Saya baru juga, baru dagang ini. Karena orang-orang nanyain ginian, baru mulai dagang. Karena saya dengar (penghasilannya) lumayanlah,” kata Uda.
Dalam sehari, dirinya bisa menjual tiga sampai empat lusin lato-lato di Pasar Higienis Air Ruay Bangka. Harga yang ditawarkan yaitu Rp10.000 per pasang dan Rp15.000 untuk 2 pasang. Pendapatan ini kata dia, selain memenuhi kebutuhan sehari-hari. Juga untuk membayar Kredit Perumahan Rakyat (KPR) di Perumahan Bumi Arwana Permai, Bangka Belitung. “Per bulan Rp760.000 untuk KPR. Sekarang sudah berjalan. Ya dijalani saja bang selama 20 tahun kedepan,” ujarnya tersenyum.
Diakui Uda, penjualan lato-lato memang memberi gairah tersendiri bagi pedagang seperti dirinya. Uda tahu, jika lato-lato hanyalah tren sesat. Namun, bagi dirinya tren ini mampu memudahkan ekonomi keluarga. Geliatnya juga bisa menambah kepulan asap di dapur. Disinggung lebih dalam soal KPR Perumahan, Uda menjelaskan, berani mengambil rumah atas dorongan sang istri. Juga, beberapa pedagang lainnya yang sudah terlebih dahulu mengambil perumahan. Awalnya kata dia, sama seperti keluarga lainnya lebih memilih mengontrak rumah. “Sebenarnya takut gak kebayar saja cicilannya. Secara pendapatan kita ini tidak menentu. Kalau sedang ramai, seperti lato-lato ini ya segar kita. Tapi kadang aja juga surutnya,” kata dia.
Dikatakan Uda, dalam proses pengajuan KPR juga tidak ada kesulitan. Ia dibantu oleh staf PT GIBSI HMS Sejahtera, sebagai developer perumahan dan Bank BTN. “Tidak ada kesulitan sama sekali. Semua dibantu. Secara kita ini orang kecil bang, gak banyak ngerti soal surat-surat. Tapi alhamdulillah semua dibantu dan bisa punya rumah,” ucapnya.
Sebagai contoh tidak ada slip gaji bagi pedagang musiman seperti dirinya. Namun oleh Bank BTN tetap difasilitasi untuk mengambil perumahan bagi pekerja informal atau pekerja lepas. “Ya awalnya gitu, bingung juga kalau baca-baca di internet. Syarat kepemilikan rumah harus ada slip gaji. Lah, kita berdagang kan gak ada slip gaji,” jawabnya terkekeh.
Wujudkan Mimpi Bersama Bank BTN
Memiliki hunian yang layak, menjadi mimpi Uda sejak lama. Namun, sejak menikah tahun 2005 mimpi itu belum juga terwujud. Bahkan, ia harus mengubur mimpi itu lebih dalam usai terkena pemutusan hubungan kerja disaat pandemi Covid-19. Uda, awalnya merupakan pekerja swasta di salah satu smelter pertambangan di Bangka Belitung. Pasca PHK, beragam cara dilakukan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Mulai dari ngelimbang (mencari timah-red), nelayan sampai berjualan makanan. Disaat berjualan ini lah, ia mendapat informasi mengenai penyediaan perumahan bagi pekerja informal. “Ya antara percaya dan tak percaya. Sekarang sudah tidak lagi mengontrak. Punya rumah sendiri. Seraya mimpi dan mimpi itu sudah diwujudkan bank BTN,” syukurnya.
Mimpi Uda, ternyata juga menjadi mimpi bank BTN. Berkolaborasi dengan Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), bank BTN memfasilitasi pembiayaan hunian yang layak bagi para pedagang pasar tradisional. Melalui skema KPR Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT), bank BTN mewujudkan mimpi setiap pedagang untuk memiliki rumah.
Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo mengatakan, bank BTN terus mendorong kesejahteraan pedagang pasar tradisional melalui hunian yang sehat, layak dan terjangkau. “Sebagai Bank BUMN yang fokus pada perumahan, BTN mengajak IKAPPI untuk dapat berkolaborasi menyelesaikan permasalahan perumahan di Indonesia sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat memiliki hunian yang sehat, layak dan terjangkau untuk menjadi tempat membangun kehidupan yang lebih sejahtera,” kata Haru dalam keterangan resminya.
Haru menjelaskan, bank BTN dengan IKAPPI sebelumnya telah berkolaborasi dalam penyelenggaraan program Grebek Pasar. Melalui program ini, bank BTN ingin membuka kesempatan bagi para pedagang pasar (pekerja informal) untuk dapat memiliki hunian yang layak, sehat dan terjangkau dengan skema fasilitas KPR BP2BT yang merupakan program KPR bersubsidi uang muka dari pemerintah berbasis tabungan.
Kepala Cabang Bank BTN Babel Yudhistira DA Kharma menegaskan komitmen pihaknya untuk terus memberi kemudahan kepemilikan rumah bagi masyarkat Babel. Sampai saat ini kata Yudhistira, bank spesialis pembiayaan perumahan tersebut menawarkan produk KPR Subsidi berskema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), BP2BT dan Tapera.
“Bank BTN juga banyak memberikan kemudahan-kemudahan bagi masyarakat yang ingin memiliki rumah. Baik kemudahan sisa masa kredit, uang muka 1 sampai 5 persen dan lainnya. Semua tergantung dengan mitra atau developer,” kata Yudha.
BTN Babel tambah Yudha, sudah banyak membangun rumah subsidi. Di tahun 2021 saja, ada sekitar 1.300 rumah subsidi yang pihaknya bangun. “Tentu jumlah ini akan semakin bertambah seiring dengan pertumbuhan ekonomi pasca pandemi Covid-19,” tutupnya.
Masih Menggeliat
Tahun 2023 bisnis perumahan di Bangka Belitung diperkirakan masih menggeliat, mengingat peminatnya kian tahun kian meningkat. Hal ini diprediksi oleh Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Bangka Belitung (UBB), Ari Agung Nugroho. Disampaikan Ari, bisnis perumahan apalagi perumahan subsidi bakal diprediksi meningkat. Apalagi kata Ari, tahun 2023 pemerintah kembali menambah kuota perumahan untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) Tahun Anggaran (TA) 2023, untuk membiayai 220.000 unit KPR subsidi FLPP TA 2023.”Perumahan subsidi ini masih akan menggeliat, karena untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah masih sangat menguntungkan. Dengan harga murah sudah bisa mendapatkan perumahan yang layak huni,” sebut Ari Agung, Jumat (13/1/2023).
Menurutnya, perumahan subsidi juga kian diminati oleh generasi milenial yang ingin segera memiliki rumah. “Pemerintah juga akan memberikan formula-formula apa saja ke depan yang merupakan masukkan dari para pengembang. Sehingga perumahan subsidi itu tidak hanya harga rumahnya saja yang diperhatikan tapi juga keterjangkauan calon pembeli rumah dan fasilitas pendukung perumahan lainnya,” jelasnya.
Ari berharap, kuota perumahan subsidi yang telah ditetapkan oleh pemerintah dapat tepat sasaran untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). “Kemudian perbankan juga bisa berkolaborasi dengan betul-betul menyalurkan perumahan subsidi ini agar tepat sasaran. Serta mendorong pencapaian target perumahan subsidi yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini PUPR,” tutupnya.