TOBOALI, KABARBABEL.COM – Sektor pertambangan timah masih menjadi komoditas utama dalam menunjang perekonomian masyarakat di Bangka Belitung hingga saat ini. Hal ini terlihat jelas pada saat harga biji timah merosot, perekonomian di masyarakat juga ikut melemah.

Kondisi ini terjadi di pelbagai daerah di Bangka Belitung, tak terkecuali Bangka Selatan. Bukan hanya pusat perbelanjaan seperti minimarket saja, tetapi toko grosir dan toko eceran juga ikut terdampak. Begitu pula pasar, kios HP, rumah makan dan kafe-kafe.

Wawan Febrian pemilik Kafe Roof Tobs yang berada di Jl Jenderal Sudirman Toboali saat dijumpai di tempat usahanya mengakui hal itu. Harga jual biji timah yang sudah pecah dari Rp100 ribu saat ini khususnya di Basel cukup mempengaruhi omzet di usahanya.

“Kalau lagi harga timah mahal kemarin 200 ribu sampai 230 ribu itu per malam uang masuk sampai 4 sampai 5 juta. Paling minimal 3 juta. Kalau sekarang itu bervariasi 1,5 sampai 1,6 juta paling tinggi 1,7 juta. Turun sekitar 30 sampai 40 persen,” ujarnya, Kamis (10/11).

Meski begitu Wawan menyebut dirinya tidak melakukan pengurangan jumlah karyawan di tengah merosotnya omzet kafe. Dia mengaku tidak tega memecat karyawannya yang telah lama berjuang bersama membesarkan usaha tersebut dari awal berdiri hingga saat ini.

“Strateginya kita ubah saat omzet turun sekarang ini. Jam operasional diubah, semula buka jam sepuluh pagi sampai sebelas malam, sekarang kita buka lebih pagi lagi. Mau tidak mau ini kami lakukan agar omzet maksimal tetapi tidak mengurangi karyawan,” katanya.

Dia berharap pemerintah daerah dapat memberikan solusi atas pelemahan ekonomi saat ini sebagai pemangku kebijakan. Sehingga sektor-sektor lain yang potensial juga akan menunjang secara keroyokan peningkatan taraf perekonomian di masyarakat Basel.

“Kami berharap penuh mewakili kawan pengusaha yang lain pada sektor UKM berharap pemda membuat kebijakan untuk tingkatkan ekonomi masyarakat. Karena saya lihat beberapa sektor yang potensial tapi belum tergali. Apalagi katanya tahun depan resesi,” ujarnya.

“Sebelum resesi saja dengan harga timah seperti sekarang ini ekonomi Babel terkhusus Basel sudahsperti ini dan inflasi mungkin bukan 7 persen lagi. Kalau memang resesi terjadi di tahun 2023 mungkin lebih mengerikan lagi ekonomi Basel,” jelasnya.(dev)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *