SUNGAILIAT, KABARBABEL.COM – Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Bangka Belitung merilis hasil survey tentang potensi penyebaran paham radikalisme. Dari hasil survey, terdapat guru di Babel yang menolak pancasila.
“Tiga wilayah (guru) menolak pancasila itu ada di Kabupaten Bangka, Bangka Barat dan Bangka Selatan,” papar Ketua FKPT Babel Sri Wahyuni, Kamis (22/9).
Untuk itu kata Sri, FKPT Babel menyelengarakan kegiatan Training Of Trainer menjadikan Guru Sebagai Pelopor Moderasi Beragama yang berlangsung di Ruang OR Bangka Setara Pemkab Bangka.
Disampaikannya, kegiatan tersebut diikuti sejumlah guru-guru dari tingkat Paud sampai SMA. Kegiatan tersebut guna memberikan vaksinasi dan pembekalan agar tidak terpapar dengan paham radikalisme. Dimana peranan seorang guru sangatlah penting di sekolah dalam membentuk karakter anak bangsa.
“Siapa pun bisa terpapar dengan paham radikalisme. Nah kalau guru sudah terpapar, otomatis anak muridnya pun tidak dapat diberikan pelajaran sebagaimana mestinya NKRI. Dengan kegiatan ini, maka guru pun diharapkan dapat menjadi pelopor moderasi beragama sebagai strategi pencegahan terorisme,” katanya.
Diakuinya, setelah hasil survey diwilayah Babel terdapat sejumlah guru yang menolak Pancasila, seperti di Kabupaten Bangka, Bangka Selatan, Bangka Barat.
“Akan hasil dari survey ini, tentunya kita tidak menjadikan suatu persoalan nantinya. Karena tingkat terpaparnya itu masih tergolong rendah dan ini akan menjadi PR kita bersama untuk mengantisipasi jangan sampai orang yang sudah terpapar menjadi lebih terpapar,” ujarnya.
Staf Ahli Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suep Tahir menyampaikan kegiatan ini upaya pencegahan akan paham radikalisme, termasuk di lingkungan pendidikan.
“Dimana guru memiliki peran strategis didalam membina generasi-generasi muda yang akan datang yang cinta masyarakat bangsa dan tanah air,” katanya.
Disampaikannya, bentuk kegiatan Training Of Trainer pada guru ini upaya untuk mencegah penyebaran paham-paham radikalisme. Karena penyebaran paham tersebut bukan saja secara tatap muka, akan tetapi berada di media sosial.
“Untuk itu semua, masyarakat pula diharapkan untuk dapat berpartisipasi didalam mencegah penyebaran paham-paham radikalisme. Baik berpartisipasi di media sosial melalui konten-konten yang mengajak moderasi beragama, toleransi perdamaian dan sebagainya,” ujarnya.