Selain tenaga medis, ada sejumlah orang yang bekerja keras sepanjang waktu pada masa pandemi virus corona. Mereka adalah para petugas pemakaman jenazah Covid-19.
Laporan : Hairul / Kabarbabel.com
DERING handphone membangunkan lelapnya tidur. Heri Setiawan. Menatap lekat layar handphone yang diletakan diatas meja. Tertulis. Kalakhar.
Setelah diangkat. Seketika. Di ujung telpon. Disampaikan. Ada yang meninggal dunia. Terkonfirmasi positif Covid-19. Heri bergegas. Membangunkan rekan lainnya. Di lihatnya jam dinding. Pukul 01.00 WIB.
Heri bersama 7 anggota lainnya. Minggu (24/1/2021) memang mendapat jadwal jaga. Seakan mengerti tugas masing-masing. Seketika. Semua peralatan sudah dinaikkan ke mobil dinas. Semua tim, sudah menggunakan alat pelindung diri. Lengkap dengan helm. Juga sepatu boat. Setiap tim terbagi 7 anggota. Dikepalai 1 orang kepala tim. Total ada 3 tim. Jika keseluruhan. Artinya ada 24 orang.
Heri adalah tim 1. Semuanya tergabung dalam Tim Reaksi Cepat (TRC). Dibawah koordinasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bangka. Tim mendapat tugas memakamkan jenazah pasien terkonfirmasi positif Covid-19.
Malam itu. Pasien meninggal dunia atas nama MSL (69) perempuan warga Parit Padang Kecamatan Sungailiat. Jenazah dikebumikan di TPU Jelitik.
Sesuai prosedur operasi standar. TRC harus sudah tiba di pemakaman. Lebih dulu. Tim harus mengecek. Kondisi lobang kubur. Juga peralatan penunjang lain. Tidak hanya cangkul. Sekop. Tapi juga tali. Juga dua kayu. Gunanya untuk menurunkan peti mati jenazah ke liang kubur.
Bagi Heri dan lainnya. Pekerjaan ini merupakan pengalaman tersendiri. “Kalau kita di Covid terus waduh, gimana, bang. Karena pemakaman Covid bisa kerja tanpa batas waktu,” ungkap Heri.
Tim yang mendapat tugas Covid-19 biasanya memulai tugas sejak 07.00 WIB. Para petugas harus siap siaga. Sebab, meninggalnya pasien positif Covid-19 tidak bisa diprediksi. Bisa kapan saja. Yang jelas, begitu informasi ada pasien yang akan meninggal dunia dan positif, Heri dan rekannya langsung bekerja.
Pekerjaan ini ucap Heri, memang memiliki risiko. Rentan tertular Covid-19. Apalagi, saat memakamkan jenazah, APD yang digunakan dianggap Heri tak sesuai standar. “Ya beginilah bang kondisinya. APD ini sejujurnya tak sesuai standar. Ini basah tembus karena keringat dan semprotan air disinfektan,” keluh dia.
Hal serupa juga mengenai masker yang tidak sesuai standar. Saat memakamkan pasien, tim kata dia kesulitan untuk bernafas. “Ngos-ngosan kami. Masker ini kita sangat perlu yang sesuai standar bang. Biar memudahkan untuk bernafas,” tambahnya.
Terkait APD, ia menginginkan adalah APD yang dipakai tenaga medis di rumah sakit. Bukan APD yang tipis seperti yang dipakai saat ini. “Kalau APD nek yang biru. Dipakai tenaga medis,” ucapnya. Sekilas, memang APD yang digunakan petugas pemakaman sangatlah tipis. Baju dalam yang biasa dikenakan petugas, akan terlihat. Apalagi, jika basah lantaran terkena semprotan disinfektan.
Meski demikian, Heri mengakui ini menjadi bagian dari risiko pekerjaan. Sesuai surat keputusan kata dia, memang pemakaman pasien Covid-19 adalah menjadi tugas TRC. “Kita ada tiga tim. Semua stand bay jika memang ada yang meninggal dan dinyatakan positif Covid-19. Kita turun memakamkan sampai selesai,” ucapnya.
Lain Heri. Lain pula Deki. Meski memiliki risiko. Ia menganggap pekerjaan ini mulia. Tidak banyak yang mendapat kesempatan memakamkan jenazah pasien Covid-19. “Keluarga tetap mendukung. Tidak pernah protes. Mereka mengerti ini bagian dari pekerjaan,” ujarnya
Meski demikian, Deki berharap perhatian pihak terkait kepada mereka sebagai salah satu bagian garda terdepan dari penanganan Covid-19. “Kita ini diharuskan stand by kapan pun dan di mana pun. Tak mengenal waktu maupun tempat. Tak peduli tajamnya sengatan panas mentari hingga dinginnya udara yang menusuk kulit. Yang menjadi motivasi terbesar saat menjalankan tugas mulia ini dengan tulus ikhlas adalah keinginan bisa bermanfaat bagi orang lain,” ucapnya.
Ditanya sudah berapa kali memakamkan jenazah pasien Covid-19, Deki mengatakan tidak menghitung. Kata Deki, pihaknya hanya siap sedia dan stand by. “Jenazah bukan kita yang bawa. Tapi dari rumah sakit. Kita bertugas memakamkan jenazah sampai selesai. Biasanya jenazah dari rumah sakit sudah dimandikan. Juga sudah dimasukkan ke peti. Jadi kita tinggal menurunkan ke liang kubur dan menimbun dengan tanah,” bebernya.
Meski demikian, Deki mengatakan lelah tetap terasa karena terus bekerja dan stand by. Apalagi kata dia, masker yang digunakan adalah yang biasa. Saat mencangkul, ia rasakan susah bernafas. “Baju APD setiap penguburan usai langsung segera disemprot desinfektan dan dibakar. Sedangkan lainnya helm, sepatu boat atau cangkul tetap kita semprot,” ucapnya.
Jubir Sebut APD Biasa, Kalakhar Level 3
Juru bicara Satgas Covid-19 Kabupaten Bangka Boy Yandra tak membantah APD yang digunakan kata Boy adalah yang biasa. “APD kalau kita lihat yang biasa. Ini sudah kita sampaikan yang sesuai standar seperti yang dipakai di rumah sakit,” kata Boy. Satgas kata dia sudah berkoordinasi dengan Kalahkar BPBD Bangka agar di anggaran perubahan bisa diusulkan penggunakan APD sesuai standar. “Termasuk juga vitamin bagi TRC nanti kita usulkan. Memang sesuai SK sekarang TRC yang bertugas memakamkan jenazah pasien Covid-19. Kalau rumah sakit hanya membawa jenazah ke pemakaman,” tutupnya.
Kalakhar BPBD Bangka Muhamad Nursi menegaskan, tim reaksi cepat yang bertugas memakamkan jenazah Covid-19 Kabupaten Bangka dipastikan memakai alat pelindung diri standar. APD yang digunakan adalah level 3. Artinya APD yang digunakan pada tim tersebut sudah lengkap dan sesuai standar.
Nursi menjelaskan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan rumah sakit dan APD yang digunakan petugas pemakaman Covid-19 tersebut sudah sesuai standar. Seperti sudah mengunakan helm, face shield, masker, baju hazmat hingga sepatu boot. “Kalau di level satu, hanya memakai baju lengan panjang dan masker saja dan itu sudah dikatakan cukup. Karena risiko penularan Covid-19 sudah tidak ada,sebab mayat sudah dimandikan dan sudah dibungkus dengan beberapa lapisan bahkan dimasukan dalam peti,” kata Nursi.
Selain itu, anggota TRC pemakaman Covid-19 Bangka ada 7 orang dan didalam kegiatannya dalam pemakaman jenazah covid-19 haruslah secara bergantian ataupun bergiliran, apalagi terkait nafas pada pemakaian masker saat mencangkul. “Jadi APD yang digunakan tim saat pemakaman jenazah covid-19 dilapangan tersebut sudah standar. Dan sampai sekarang ini, petugas Kita pun aman dan tidak apa-apa,” tutupnya.(**)