(Menuju Pemilukada Bangka)
Heru Sudrajat (Wartawan www.kabarbabel.com wilayah Kabupaten Bangka)
SUHU perkembangan politik di Kabupaten Bangka, dalam mencari jawara pemilihan kepala daerah menanjak pelan-pelan memanas. Baik itu terjadi di calon interen partai , maupun calon bup-wabup diluar partai.
Meski sebenarnya para calon masih samar-samar untuk menaiki kereta mana yang bakal ditumpangi untuk maju dan pemilik kereta alias partai pun, juga masih kebingungan mau mengusung siapa. Sebab tidak semua partai memiliki kader yang hebat, sehingga muncul para calon non partai menyatakan diri siap untuk maju.
Hal itu terjadi, karena para kader partai rata-rata berseberangan dengan kehendak partai. Wajar saja jika muncul isu berseliweran, dimana para calon saling mengeklaim kuat untuk diusung.
Beberapa nama muncul, seperti Kemas Danial, Saidi KM, Parulian Napitupulu, Deddy Yulianto, Agung Setiawan, Herman CH, Herman Suhadi, Effendi Harun. Kemudian dua nama yang jadi isu sentral yaitu Tarmizi Saat dan Mulkan. Bahkan secara mengejutkan, Kepala Dinas Kominfo Propinsi Babel, Suharto pun siap maju serta rela melepas kepegawaiannya.
Sungguh gambaran yang menggembirakan bagi dinamika perkembangan politik di Bumi Sepintu Sedulang. Karena semua calon ingin membuat sejahtera rakyat dan membuat Bangka lebih baik kedepannya.
Kemudian timbul pertanyaan, apakah selama ini Bangka tidak maju dan masyarakat belum sejatera?.
Kalau hal ini yang terjadi, berarti apa kerja bupati dan petinggi-petinggi lainnya selama ini?
Tidurkah?
Atau memang tidak bisa memimpin?
Nah, jawaban itu yang semestinya menjadi pegangan penting bagi calon yang mau maju. Sehingga nantinya tidak muncul lagi baleho atau spanduk yang bertemakan ajakan membawa Bangka lebih baik lagi kedepannya. Ini setiap pemilukada Bangka, temanya selalu membawa perubahan Bangka kedepan dan bersama membangun Bangka.
Memang untuk membuat Bangka maju dan masyarakat sejahtera tidak gampang. Butuh waktu panjang dan kita tidak tahu kapan tepatnya. Bisa 10 tahun lagi, 20 tahun lagi dan bahkan 50 tahun lagi. Semua tergantung kepada pemimpinnya yang benar-benar siap untuk memimpin.
Tentunya kita tidak tahu juga apakah calon–calon yang sekarang mau maju mampu menjadikan rakyat Bangka sejahtera dan Bangka lebih maju. Semua berpulang pada niat tulus hati nurani meraka masing-masing memiliki niat memajukan Bangka. Jangan sampai Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) berubah makna menjadi Pil Kadal.
Untuk itu masyarakat harus cermat dalam menangkap makna ke dua kalimat tersebut. Meski sebenarnya makna yang terkandung dalam pusaran dua kalimat itu, sedikit berseberangan. Jelas Pilkada (pemilihan kepala daerah) dan Pilkadal bisa bermacam-macam tapsiran. Bisa jualan Pil Kadal dan juga bisa Pemilihan Kepala Daerah yang sering mengadali masyarakat.
Nah, jangan terlalu berprasangka yang miring dulu. Sebab memang kejadian yang sering dialami masyarakat dalam pemilihan kepala daerah dimanapun tempatnya, rata-rata calon yang terpilih dan menang, lupa memberi kesejahteraan rakyatnya dan lebih fokus mensejahterakan dirinya, keluarganya serta konco-konco nya.
Akhirnya masyarakat mengeluh penuh kekecewaan karena janji-janji sewaktu kampanye hanya OMDO (Omong Doang) dan masyarakat merasa dikadali. Celakanya, masyarakat mau bertemu pun dilempar sana-sini. Untuk itu kita sangat berharap tidak ada lagi para calon yang maju berjualan Pil Kadal. Tapi berjualan program yang jelas serta benar-benar membangun daerah dan bukan membangun keluarganya atau konco-konconya.
Persoalan inilah sebenarnya yang rumit serta susah untuk dihilangkan. Bahkan sudah membudaya. Semoga untuk pemilihan kepala daerah di Bangka tahun depan tidak demikian. Dan tidak ada lagi calon yang mengadali masyarakat. Semoga.